Seperti apa rasanya cinta? Apakah seperti indahnya
pelangi yang memapar? Ataukah seperti sakitnya diikat dalam lautan semak
belukar?
Pertemuan adalah suatu hal yang menjadi awal bagi
semuanya. Dimana semuanya dapat berubah. Dari pertemuan itu akan memunculkan
pertemuan-pertemuan berikutnya. Akibatnya? Kita akan mulai menjatuhkan hati,
menaruh rasa, dan menghadirkan perhatian.
Perasaan hadir tidak selalu dengan alasan. Terkadang
ia datang secara tiba-tiba, dan terkadang juga ia pergi secara tiba-tiba. Perasaan
juga menjadi penyebab akan terciptanya harapan semu.
Semestinya kita semua paham bagaimana rasanya
dihancurkan oleh harapan. Apa yang telah kita bangun, kita inginkan, kita
harapkan, semuanya tidak berjalan dengan lancar. Bahkan, sangat berbalik menjauh.
Dan tidak semestinya juga kita hanya bergantung pada harapan.
Ada banyak hal yang bisa membuat kita menaruh rasa
padanya. Dari sekian banyaknya hal itu, tetap saja akan ada tiba saatnya apa
yang kita rasa, tidak lagi terasa. Ada yang disertai penyebab, ada yang tidak.
Penyebab paling umum yang terjadi adalah, kita menemukan rasa baru, ke orang
yang baru. Itu akan mengakibatkan rasa kita kepada orang lama akan menghilang.
Perasaan tidak mudah untuk diidentifikasi. Semuanya akan
menjadi samar, ketika kita bergerak tanpa sadar. Coba lihat lagi, apa yang
membuatmu rela melakukan ini-itu kepadanya? Apakah itu yang namanya perasaan?
Ataukah paksaan?
Rasa cinta timbul karena adanya rasa sayang. Rasa sayang
timbul karena adanya rasa suka. Rasa
suka timbul karena adanya pertemuan-pertemuan yang disengaja.
Lalu, apakah sebaiknya kita mengutarakan perasaan daripada
memendamnya?
Memang di dunia ini ada dua tipe manusia, yaitu manusia yang
suka sekali memendam perasaan dan manusia yang dengan bar-barnya menyatakan
perasaan.
Orang yang lebih memilih memendam perasaan itu antara dia
tidak berani mengungkapkan atau memang dia hanya ingin hubungannya hanya
sebatas teman dan tidak lebih. Karena jika ia menyatakan, tetapi orang yang ia
sukai itu tidak menyukainya, maka hubungan pertemanan akan terasa canggung.
Yang satu gagal mendapatkan hatinya, dan yang satu lagi merasa tidak enak
menolak ajakan untuk ke hubungan yang lebih dari teman. Dan pada akhirnya,
mereka akan saling menjauh.
Dan jika mereka ternyata saling suka, mereka akan menjadi
sepasang kekasih. Namun jika bukan orang yang tepat, cepat atau lambat, hubungan
mereka akan berakhir lalu mereka akan kembali asing. Jadi, daripada diawali
dengan menyatakan lalu diakhiri dengan meninggalkan kenangan, untuk apa? Lebih baik
tetap menjadi teman dekatnya dan terus menemaninya dalan suka maupun duka. Dan jika
dirasa waktunya sudah tepat, saatnya menyatakan perasaan yang telah lama
dipendam lalu mengajaknya untuk berada dalam ikatan yang jauh lebih serius.
Tetapi, apakah rencana seperti itu akan berjalan lancar? Bukankah
ada kemungkinan bahwa dia akan terikat duluan oleh orang lain?
Lagipula, memangnya
tidak lelah terus melihatnya dengan orang lain? Memangnya tidak lelah terus
mendengarkan keluh kesah tentang hubungan dia dan orang lain? Memangnya tidak
lelah terus menjadi penghiburnya saat ia sedang sedih karena orang lain? Dan memangnya
tidak lelah berpura-pura tersenyum, padahal ada rasa sakit yang membuatmu terus
menjerit?
Terkadang, menyatakan perasaan lebih baik daripada memendam
perasaan.