Apakah setiap pertemuan selalu berujung
perpisahan?
Apakah setiap kemanisan selalu berujung
kepahitan?
Apakah setiap kebahagiaan selalu
berujung kesedihan?
“Beberapa bulan yang lalu, aku bertemu
seseorang yang hampir sesuai kriteriaku. Wanita dengan rambut pendek, dan
kacamata yang menggantung pada hidungnya. Kala itu, aku tengah berpergian. Aku
dan dia bertemu di tempat yang tak terduga dan di tempat yang tak terencana.”
Terkadang, pertemuan sederhana itu
seringkali membuat kita terus mengingatnya. Setiap detik, setiap kedipan
matanya, dan setiap hembusan napasnya.
“Aku dan dia mengobrol, ya… sekalian
mengisi waktu luang ketika duduk dan menunggu sampai tujuan. Kami mengobrol
banyak hal; membicarakan hal-hal random.”
Saat kita baru saja bertemu seseorang,
usahakan jangan mengobrol tentang identitas dirinya. Entah itu tujuannya,
tempat tinggalnya, dan keluarganya. Lebih baik bicarakan hal-hal random. Karena
bagi beberapa orang, sangat sensitif untuk membicarakan identitasnya.
“Entah kenapa, aku menjadi cepat akrab
dengannya. Tidak biasanya aku seperti ini. Biasanya, aku tidak begitu banyak
bicara. Lalu, apa-apaan ini? Sial, tidak mungkin aku merasa nyaman, kan?”
Nyaman atau tidak, hatimu yang
menentukan. Kau, dan seluruh tubuhmu pasti akan bertindak sesuai hatimu.
Percuma saja jika kau memikirkan pacarmu, tetapi hatimu masih menginginkan
mantanmu.
Beberapa orang mengatakan, “Ikuti saja
apa kata hatimu”. Memang benar, sesuatu yang kita kerjakan, kalau tidak
berdasarkan pada keinginan hati, pasti akan selalu kita keluhkan. Entah itu
kita sebal, jengkel, atau bahkan bosan.
Apakah jangan-jangan jika pasanganmu
bosan, artinya hati pasanganmu sudah tidak menginginkanmu?
“Hingga tiba saatnya dia sampai tujuan.
Dia berpamitan dan mulai beranjak diri dari kursi. Aku menganggukan kepala dan
mengucapkan hati-hati. Semakin ia melangkah jauh, semakin pula rasa kesepian
datang kepadaku. Daripada memikirkan itu, lebih baik aku tidur. Dan benar, aku
pun tertidur.”
Tenanglah, pertemuan itu hanya satu
kali. Belum tentu kau benar-benar suka dengannya. Belum tentu juga dia ada rasa
pada dirimu. Bukankah kalian mengobrol hanya karena saling mengisi waktu luang?
“Suara bel terdengar menandakan kalau
sudah sampai tujuanku. Aku segera bangkit dan mengecek apakah ada barang yang
tertinggal atau tidak. Kau tahu apa yang aku lihat? Sebuah buku notes bersampul
putih dengan gambar kucing ada di kursi tempat perempuan tadi duduk. Aku
mengeceknya. Dan benar, bahwa nama yang ada di buku notes tersebut adalah milik
perempuan tadi.”
Semuanya tergantung hatimu. Apakah
hatimu menginginkannya? Ataukah hanya sekedar penasaran dengannya?