Semuanya… semuanya… semuanya… telah menjadi duka
yang mendalam. Apa yang telah kita inginkan, tidak terwujud sesuai harapan.
Begitu banyak hal yang telah kita lalui, namun tak ada satupun yang kita
pertahankan. Semuanya… hilang dan musnah begitu saja.
Kita bertemu di waktu yang tidak tepat. Tetapi aku
percaya, rasa yang kita miliki adalah rasa yang tepat. Bukan salahmu membagi
hati untuk dua orang. Aku tahu, kau bingung saat itu. Rasa yang tak pernah kau
rasakan, situasi yang tak pernah kau dapatkan. Aku juga masih mempertanyai itu.
Bagaimana bisa kita mencintai dua orang dalam waktu yang sama?
Aku pikir, ada suatu kebohongan yang kau tunjukkan. Namun
aku semakin yakin bahwa kau serius dengan apa yang kau ucapkan.
“Aku menyayangimu. Tetapi, aku juga menyayangi dia,”
ucapmu kala itu.
Memang benar, dia sudah lebih lama dariku. Dan kalian
berdua sudah berada dalam hubungan. Berbeda denganku yang hanya sebatas teman. Aku
tidak berhak mengaturmu, dan memaksamu untuk memilih aku. Aku juga tidak ingin
merebutmu dari dia. Bila memang dia yang kau pilih, maka aku akan menyerah. Ya,
benar, sudah seharusnya aku pergi darimu.
Sebelumnya, aku berharap kita akan selalu bersama. Namun
sekarang, aku berharap kau akan selalu bahagia, dengan siapapun hatimu
berlabuh. Aku juga berharap untuk diriku sendiri agar selalu bahagia, meskipun
hatiku terjatuh. Jika pun ada yang membuatku bahagia, itu tidak sehebat dengan
bahagia yang kau berikan padaku.
Kau melakukan hal yang tidak pernah aku rasakan. Jantungku
berdebar kala itu. ingat di saat kau menatap manja mataku? Ingat di saat kau
yang ingin terus aku genggam kuat? Ingat di saat kau yang terus mengacak-acak
rambutku?
Apa kau berpikir bahwa aku sudah menghilangkan rasa
itu? Bahwa aku sudah memberikan rasa itu kepada orang lain? Bagaimana ya,
menjawabnya…
Ya, memang benar. Saat ini hanya tersisa kepingan
kecil perasaan untukmu. Lagipula, untuk apa aku mempunyai perasaan yang besar, pada
orang yang sudah mempunyai pacar?
Bagus banget kaaaaaa
BalasHapusthankss
Hapus