Apakah
Setiap yang dekat pasti akan jauh?
Terkadang
kita sering mendapat kata-kata bijak dari seseorang tentang bersosialisasi.
Seperti, “jangan terlalu baik kepada orang, nanti akan sangat sakit jika orang
itu mengkhianati kita. Dan jangan juga terlalu benci kepada orang, nanti akan
sangat malu jika orang itu baik kepada kita”.
Apakah
sama seperti dekat dengan seseorang? “Jangan terlalu dekat, nanti akan remuk
hati kita jika dia berpaling ke orang lain”.
Setelah
melalui fase “pertemuan”, kita akan dihadapkan dengan fase “pendekatan”. Apa
sih sebenarnya pendekatan dalam sebuah hubungan itu?
Pendekatan
dalam sebuah hubungan itu adalah salah satu kegiatan yang membuat kita menjadi
orang lain. Pernakah kalian mendengar perkataan seseorang yang telah menjalani
hubungan lebih dari tiga bulanan? Kurang lebih seperti ini:
“Kok
semakin kesini, pacar gue semakin berubah, ya? Apa dia punya yang baru?”
Hey,
ketahuilah, dia tidak berubah. Dia hanya kembali menjadi dirinya sebelum
mengenalmu.
Bagaimana
kronologinya?
Logika
saja, ketika kita mendekati seseorang, kita akan berubah menjadi orang lain.
Kita sedang tidak menjadi diri kita. Kita menjadi lebih perhatian, lebih ceria,
lebih mengutamakan semuanya untuk incaran kita. Semua itu kita lakukan untuk
apa? Ya untuk menarik perhatian dia, agar dia bisa kita miliki.
Lalu
setelah kita berhasil memiliki dia?
Cepat
atau lambat, kita akan kembali lagi menjadi diri kita sendiri. Sebenarnya, kita
bisa saja tetap dengan perubahan kita, ada beberapa orang juga yang mengatakan
seperti ini:
“Gue
dulu orangnya pendiem, cuek. Tapi semenjak kenal dia, gue berubah jadi lebih
ceria.”
Percaya
gak sih kalau dalam sebuah hubungan akan rentan di bulan ke-4 sampai ke-5?
Percaya tidak percaya, itu pasti akan terjadi. Banyak orang yang mulai bosan di
usia hubungan tersebut. Ini disebabkan oleh diri kita yang kembali seperti
semula, dan diri kita yang sudah tahu bagaimana doi sebenarnya. Kembali lagi ke
awal, di masa pendekatan adalah masa dimana kita berpura-pura menjadi orang
yang doi sukai. Lalu ketika sudah mempunyai hubungan, kita akan kembali lagi
menjadi diri kita.
Beda
lagi jika ceritanya kalau kita menemukan seseorang yang dapat merubah kita
menjadi lebih baik. Itu artinya, kita dipertemukan oleh orang yang tepat.
Balik
lagi ke masa-masa pendekatan. Banyak sekali hal-hal yang tidak pernah kita
lakukan sebelumnya. Sebut saja, kita menjadikan dia alam semesta kita, yang
artinya, kita hanya perduli dengan dia, tidak perduli dengan yang lainnya. Kita
memberikan segalanya untuk dia yang belum tentu akan kita miliki selamanya. Apa
yang dia pinta, pasti kita turuti. Bahkan pernah ada beberapa kasus kita
meninggalkan main bersama teman dan lebih memilih untuk malam mingguan dengan
doi. Kita selalu meluangkan waktu untuk dia, padahal diri kita sendiri sangat
membutuhkan waktu luang untuk bekerja dan beraktifitas. Semua itu untuk apa
kita lakukan? Ya untuk menarik perhatian dia, memberikan dia rasa nyaman dengan
kita, dan yang paling pasti agar dia bisa menjadi milik kita.
Dan
lagi, percaya atau tidak, kita tidak pernah merasa bosan saat masa-masa
pendekatan. Mau masa pendekatan itu tiga bulan, lima bulan, bahkan lebih lama.
Kita pasti akan merasa bosan jika sudah ada hubungan “pacaran”.
Mengapa
itu bisa terjadi?
Ya
karena balik lagi ke awal, apa tujuan kita melakukan pendekatan? Tujuan nya
untuk memilikinya, bukan? Jika tujuan itu belum tercapai, kenapa harus merasa
bosan? Mungkin yang ada hanya kata “menyerah”, bukan “bosan”.
Dan
setelah tujuan itu tercapai, apa selanjutnya yang akan dilakukan? Nah, disini
yang membingungkan. Kita harus apa? Apakah harus lebih perhatian lagi, apakah
harus lebih memberikan waktu kita untuk dia? Apakah harus semakin menjadikan
dia pusat semesta kita? Entahlah. Itu tergantung kita masing-masing.
Lalu, kenapa kita ingin memilikinya? Apakah kita hanya penasaran bagaimana rasanya? Ataukah kita memang benar-benar menyukainya? Itu yang menjadi pertanyaan besar dalam awal sebuah hubungan.