Aku terkesan padamu. Kau hebat, dengan pendirianmu. Aku
ingat sekali, saat dulu, ketika kau masih begitu mendambaku; masih menaruh
harapan padaku. Ingat, bagaimana dulu kau takut sekali kehilangan diriku?
Bagaimana kesalnya dirimu yang terus-menerus overthinking tentangku?
Kisah kita terbilang sederhana. Perasaan kita saling
menghiasi purnama. Kau dan aku menjadi kita. Saling mengucap kasih tanpa
terbata-bata. Kita pernah berharap, seraya hati kita yang saling berdekap.
Angan yang kita buat, bukanlah sesuatu yang terkuat.
Jujur, aku memang bodoh. Menyia-nyiakan sesuatu yang
sangat berharga. Tetapi aku tidak menyesalinya. Karena, aku sudah memikirkannya
disaat aku memilih untuk berpaling darimu. Aku sudah tau konsekuensi, dan hal-hal
yang mungkin akan terjadi padaku.
Sungguh, kau orang yang sangat sabar. Walaupun aku
berkali-kali menyakitimu, kau tetap kuat dan terus bersamaku. Kau tidak sama
sekali berpaling dariku.
Ingat saat aku menjalankan siasat agar kau
membenciku? Aku memaki-maki diriku sendiri, aku membangkitkan emosimu tentang
perihnya hatimu yang telah aku sakiti.
“Aku jahat, aku telah membuatmu sakit. Aku bodoh,
aku telah menyakiti dirimu. Kau berhak memukulku, membenciku, bahkan
mengharapkan aku hilang dari dunia!” ucapku kala itu.
“Tidak. Walaupun kau sebegitu menyakitkan, bagaimana
aku bisa membenci orang yang pernah membuatku bahagia?”
Aku tak bisa berkata-kata setelah kau mengucapkan
itu.
Aku tak tahu betapa sakitnya dirimu dan hatimu yang
selalu mencoba berdamai dengan masa lalu. Kisah kita sebagai pasangan memang
telah berakhir. Tetapi, aku tidak ingin kisah kita sebagai teman dekat segera
berakhir. Berteman dengan masa lalu yang menyakitkan memang tidak mudah. Sudah
berapa malam yang kau habiskan dengan tangisan?
Waktu terus berjalan. Kita berdua telah menemukan
jalannya masing-masing; bahagianya masing-masing. Aku banyak belajar darimu.
Pelajaran yang sangat berguna untuk jalanku selanjutnya.
Kini, kau sudah menemukan kebahagiaanmu. Akupun
sama. Kita yang dulunya adalah pasangan di jalan yang sama, telah
bermetamorfosis menjadi manusia dewasa yang sudah berjalan di jalannya
masing-masing.
Ya, sudah saatnya kisah kita sebagai teman dekat
harus berakhir. Dan kembali menjadi teman biasa, atau bahkan orang asing?
Yang terpenting, kita tidak berpisah dengan alasan
“bertengkar”. Tetapi dengan alasan “sudah mempunyai kebahagiaan masing-masing”.
Pesanku hanya satu; kemanapun kau melangkah, jangan
pernah lupakan pengalamanmu di masa lalu. Masa lalu bukan untuk dilupakan.
Tetapi untuk selalu diingat sebagai pelajaran. Tetap bahagia. Jangan sedih
lagi, ya? Jangan suka mengeluarkan air mata di setiap malam lagi. Aku saja
sudah bahagia dengan yang baru, masa kamu belum?