Pernah




 Hai, Kamu.

Seseorang yang pernah menjadi tempatku pulang, seseorang yang pernah ada di dalam pikiranku, seseorang yang pernah menenangkanku ketika aku sedang emosi, seseorang yang pernah membuatku merasa benar-benar menyayangimu, dan seseorang yang pernah menjadi pusat semestaku.

Kisahku denganmu tidak begitu manis. Tidak begitu uwu-uwu. Dan tentunya kisah yang biasa saja. Aku tidak begitu tertarik dengan jalan kisahnya, tetapi aku tertarik dengan akhir kisahnya. Karena semua cerita bisa menjadi senang dan sedih tergantung bagaimana akhirnya.

Denganmu, aku bisa merasakan dua hal. Yaitu senang dan sedih. Aku senang bisa bersamamu, bercanda denganmu. Dan aku sedih belum bisa memilikimu. Mungkin suatu saat. Tetapi semakin bertambah umur, aku semakin sadar bahwa tidak apa-apa hanya berteman, asalkan sampai akhir usia. Karena kepastian tidak hanya bisa ditunjukkan dengan status pacaran.

Sebelum bertemu denganmu, aku pernah beberapa kali dekat dengan perempuan. Kalau tidak salah, aku paling lama dekat dengan perempuan itu adalah satu tahun. Aku dekat hanya dekat, maksudku, aku dan dia saling suka, tetapi tidak ada perasaan yang lebih. Setelah aku mengenalmu, aku merasa ada yang tidak beres dengan hatiku. Ia ingin memberontak untuk segera memilikimu.

Hai, kamu.

Manusia yang menjadi alasanku untuk menulis. Aku rasa, ada baiknya juga kamu datang ke kehidupanku. Dengan kehadiranmu, aku bisa mendapat dan mempelajari banyak hal yang salah satunya adalah membuatku memulai untuk menulis. Aku sempat patah hati—mungkin hanya aku saja yang menganggap itu berlebihan—yang benar-benar membuatku merasa sangat malas melakukan apapun.

Entah aku yang terlalu egois atau aku yang terlalu berlebihan. Hanya dengan melihatmu chattingan dengan teman sekelasku, aku merasa sangat patah hati. Tetapi itu adalah dulu. Sekarang aku sadar bahwa kita semua berhak mempunyai teman lawan jenis. Entah itu kita sedang sendirian ataupun sudah mempunyai pasangan.

Kini aku sadar. Tidak apa-apa jika sekarang aku tidak bersamamu, asalkan nanti pada waktunya, aku bisa menua denganmu sampai salah satu dari kita dipanggil oleh-Nya. Maksudku, Jodoh pasti akan kemana-mana terlebih dahulu sebelum akhirnya menetap pada kita.

Dan jika kamu tidak ditakdirkan untuk menua denganku, tidak apa-apa. Itu artinya, kamu belum bisa menjadi yang terbaik untukku. Dan aku pasti akan mendapatkan yang lebih baik darimu. Percayalah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama