Dalam Diam

 


Pernahkah kau merasa selalu ada yang memperhatikanmu? Ada yang menyayangimu? Dan ada yang menunggumu? Mungkin, tidak. Itu karena aku selalu melakukannya secara diam-diam.

 

Untukmu, Sang pemilik mata coklat berkilau.


Perkenalkan, aku adalah seseorang yang tidak pernah berbicara denganmu. Mungkin hanya pernah menyapa dan tersenyum, tidak lebih dari itu. Entah bagaimana, aku bisa menjatuhkan hati padamu.

Kala itu, saat aku tengah berjalan di lorong kelas, kau—yang belum aku tahu namanya—tersandung oleh tali sepatumu yang terkurai. Beberapa buku yang semula berada dalam genggaman tanganmu, kini terjatuh berserakan di lantai. Kau kaget,  namun tidak Nampak kesakitan. Mungkin karena rasa malu mu hadir terlalu banyak. Aku segera menghampiri dan membantu.

“Kamu tidak apa-apa?” tanyaku

Kau menggelengkan kepala dengan tatapan mata yang masih mencari buku. Kau menjatuhkan buku, aku menjatuhkan hati.

Semenjak kejadian itu, aku selalu memperhatikanmu; tanpa kau sadari. Melihat dari kejauhan, dengan memendam perasaan. Bak detektif, aku mencari-cari segala hal tentangmu, hingga, aku menemukan fakta bahwa…

Kau sudah menjadi milik orang lain.

Pandanganku seakan gelap, bersamaan dengan hati yang kian terlelap. Bagaimana bisa aku merasakan patah hati dengan orang yang tidak pernah berkomunikasi denganku? Bagaimana bisa aku cemburu padahal aku bukan siapa-siapanya? Teman pun bukan.

Seiring waktu berjalan, aku mulai mencoba biasa saja. Entah kau dengan siapa, asalkan kau bahagia, aku juga akan bahagia. Hanya dengan melihat senyummu, aku mampu membangun rasa senang dalam hatiku. Itulah alasanku juga kenapa sering menjadi pemimpin barisan saat upacara. Karena, ketika aku sedang menyiapkan barisan, aku dapat melihatmu tersenyum, tertawa dengan temanmu.

Pernah ketika kau sedang bersedih, ingin sekali aku menghiburmu. Namun, aku tidak bisa berada dekat denganmu. Aku tidur larut malam hanya untuk memikirkan itu. Tepat jam 1 malam, aku menemukan cara yang mungkin bisa membuatmu terkejut. Dari kabar yang aku dengar, kau sangat suka boneka panda lucu. Dan kebetulan besok kelasmu ada jam pelajaran olahraga.

Besoknya, saat semua anggota kelasmu sedang pergi ke gor untuk pengambilan nilai bulu tangkis, aku menyelinap masuk kelasmu dan menaruh sesuatu di kolong mejamu. Sebuah kertas yang aku gambar panda lucu serta tulisan:

“Jangan bersedih, Cantik :)”

Jam istirahat tiba, aku melangkahkan kaki lebih cepat menuju kantin yang biasa kau datangi. Dasar, walaupun aku sudah buru-buru, tetap saja antri banyak di kantin ini. Saat aku tengah mengantri, kau dan sahabatmu datang dan ikut memesan juga. Sambil menunggu pesanan, kau duduk di bangku yang sudah disediakan pemilik kantin.

Kau mengeluarkan sebuah kertas dari sakumu lalu menunjukkannya ke sahabatmu itu. dari yang ku dengar, kau menanyakan siapa yang mengirimi mu kertas itu. Sahabatmu menggeleng tidak tahu. Mungkin karena dia tidak tahu tulisanku. Kau masih terus memandangi kertas itu hingga akhirnya… aku bisa melihatmu tersenyum lagi.

Teruslah bahagia. Aku akan terus melihatmu dari kejauhan. Dan aku terus menunggumu hingga kau melihatku juga. Dan saat kita saling melihat, izinkan aku untuk menjadi alasan kebahagiaanmu.

 

Dari aku, yang menyayangimu dalam diam, dan mencintaimu secara rahasia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama