Halo, kembali lagi dengan saya.
Tulisan kali ini akan membahas tentang perasaan atau keluh kesah seorang anak terhadap orang
tuanya. Terima kasih sudah meng-klik blog ini, dan terima kasih sudah mau
melulangkan waktunya untuk membaca tulisan ini.
Yuk, mulai~
Tidak bisa disangkal,
hampir seluruh anak-anak sering mengalami yang namanya “Bertengkar” dengan
orang tuanya masing-masing—termasuk saya sendiri. Bertengkar yang dimaksud
bukanlah bertengkar dengan adu pukulan, melainkan adu argument. Si anak dengan
ke egoisannya dan si orang tua dengan kasih sayangnya.
Namun, banyak sekali
orang tua yang tidak bisa menyampaikan kasih sayangnya secara benar. Atau bisa
dibilang, “Niatnya baik, tetapi cara penyampaiannya salah.” Disini saya akan
mengambil contoh yang mungkin pernah dialami beberapa orang.
Pertama,
terutama ini untuk anak perempuan.
Kita sering membantu
orang tua, tetapi di waktu yang tidak tepat. Kenapa? Karena ketika kita menyapu,
mengepel, dan membersihkan rumah disaat orang tua sedang tidak melihat kita.
Ketika kita sudah selesai dan beristirahat, rebahan, bermain handphone,
disitulah orang tua akan muncul. Penglihatan orang tua akan tertuju pada diri
kita yang tengah asyik bermain handphone. Dan akhirnya, orang tua akan
berbicara:
“Main hape terus!
Bukannya bantuin orang tua!”
Akibatnya, kita menjadi
jengkel dan sedikit kesal dengan orang tua yang hanya melihat diri kita ketika
sedang santai.
Kedua,
hal ini tentang kita yang niat, namun tidak jadi niat.
Maksudnya gimana? Saya
akan mengambil contoh seperti ini. Diri kita sudah niat untuk membantu orang
tua. Mempunyai niat baik saja sudah mendapat pahala, bagaimana mengerjakannya?
Membuat orang tua bahagia juga.
Ketika kita sedang
melangkahkan kaki mengambil sapu atau pel, orang tua berteriak dari dalam
kamarnya. “Kamu mau kemana? Mending bantuin orang tua, sapuin rumah kek atau
bersih-bersih! Main hape mulu kerjaannya!”
Ya, saya tahu. Jika
yang berteriak tadi adalah teman, pasti diri kita akan berbicara, “Iya, ini gue
mau nyapu!” dan pastinya, akan menambahkan kata-kata umpatan yang tidak sopan
untuk diucapkan.
Mendengar teriakan itu,
diri kita yang semula niat, berubah menjadi malas dan kesal sendiri. Karena
apa? Karena diri kita yang sudah benar-benar niat membantu—agar tidak diomelin
nantinya, malah diteriaki seperti itu.
Ketiga, tidak bisa
menjadi tempat curhat.
Mungkin ada beberapa
yang mengalami. Ketika hati kita sedang tidak mood, malas bicara, bukankah
wajar menghiraukan keadaan sekitarnya? Termasuk saat dimintai bantuan orang tua.
Kita tetap melakukan itu, namun ada yang berbeda di wajah kita. Wajah kita
menjadi datar karena suasana hati yang kurang bagus.
Setelah selesai
membantu, orang tua melihat diri kita yang tengah cemberut atau datar itu.
“Kamu nggak ikhlas dimintai bantuan?” Tanya orang tua.
“Ikhlas,” jawab kita
seadanya.
“Itu cemberut gitu?
Kalau nggak ikhlas mah bilang, besok nggak akan dimintai bantuan lagi, deh!”
Kita mulai bingung.
Karena, kita cemberut bukan karena dimintai bantuan. Tetapi karena suatu hal
lain yang mengubah suasana hati kita. Yang saya bingung, kenapa langsung
menuduh bahwa diri kita itu cemberut karena dimintai bantuan? Bukankah sebagai
orang tua yang sekaligus berperan teman curhat akan memberi respon seperti ini:
“Kamu kenapa cemberut?
Ada masalah apa? Coba cerita.”
Tetapi, terlepas dari
semua itu, orang tua pastinya menginginkan anaknya agar menjadi orang yang
baik, berakhlak bagus. Semua orang tua menyayangi anaknya. Jadi, jangan
menyalahkan orang tua karena kalian diomeli. Coba lihat lagi, apa kesalahan
kalian yang membuat orang tua marah.
Kita sedang hidup di
zaman peralihan. Orang tua kita semasa remajanya tidak pernah mengenal
handphone, game, dan teknologi. Jadi, wajar saja jika mereka tidak tahu apa
yang sedang anaknya senangi dan tekuni di dalam teknologi ini. Orang tua kita
selalu update dengan televisi. Tetapi, satu hal yang saya sebalkan dari
televisi adalah: kenapa selalu menampilkan berita yang negative nya saja?
Contohnya game. Di
televisi, berita tentang game hanyalah seorang anak yang kecanduan game hingga
menyebabkan penyakit, kecanduan game hingga mencuri uang untuk top-up, dan
keburukan lainnya. Sangat jarang sekali, bahkan tidak pernah, berita di
televisi menampilkan informasi tim Indonesia yang menang di tournament internasional,
dan kebanggan lainnya.
Memang benar, berita
keburukan tentang game yang saya sebutkan tadi tujuannya adalah agar anak-anak
tidak kecanduan game. Tetapi itu menjadikan orang tua sangat sekali anti game
untuk anaknya mainkan. Terutama game online. Padahal, semua game itu mempunyai
sisi negative dan positifnya. Game akan baik jika kita juga mengambil baiknya.
Begitupun hal lainnya. Dengan saya bermain game, saya mendapatkan beberapa
pengetahuan baru. Contohnya, belajar bahasa asing, memikirkan strategi, memutar
otak, dan hal positif lainnya.
Kiranya, sampai disini
saja tulisan ini berakhir. Hal yang saya sampaikan diatas adalah pemikiran saya
yang belum tentu benar semuanya. Jadi, lemparkan pemikiran kalian juga di kolom
komentar dan terus tunggu update dari tulisan saya selanjutnya!
Instagram : @refad4121
Wattpad : refad21
Twitter : refad214